22 November 2007

DEKLARASI SASTRA ANTIISME

Assalamu’alaikum


DEKLARASI SASTRA ANTIISME

Saya Subagyo, manusia dari jalanan, hidup di kolong-kolong sempit negara ini, yang tak pernah terbau oleh dunia sastra, dengan ini menggugat kemapanan sastra yang terlalu sibuk merangkai kata, frase dan kalimat estetik, bisu atau setidaknya bersuara tanpa lantang untuk melawan penindasan yang sedang terjadi sejak jaman penjajahan hingga jaman penjarahan. Yang besar menjarah yang besar-besar, yang kecil menjarah kecil-kecil, di negara perompakan ini.

Jika berani hai dunia sastra! Ayo kumpulkan kekuatan untuk merebut kembali kehormatan manusia Indonesia yang disembunyikan di ketiak para penguasa! Tunjukkan dirimu hai para pengecut! Jangan hanya koar-koar dalam tulisan kalian yang telah menjadi bahan dagangan! Berapa uang yang telah membeli kalian sehingga diam saja melihat penjarahan yang dipimpin oleh nikmat dalam kebajingan permusyawaratan perampokan?

Ini, aku hadirkan sastra gombale mukiyo!

- Ini SATIKEM: sastra anti pakem.

- Ini SATIYEM: Sastra anti ayem, jika ayem diperoleh dengan cara menggarong nasib orang.

- Ini SATIJO: Sastra anti joget, jika jogetnya tarian di atas penderitaan.

- Ini SATIMIN: Sastra anti pemimpin, jika pemimpin itu membiarkan bahkan menghancurkan nasib rakyat.

- Ini SATIJAN: Sastra anti janji, jika janji itu hanya omong kosong.

- Ini SATIPAN: sastra anti kemapanan, jika kemapanan itu dengan cara merobohkan pemukiman, menggunduli hutan, menenggelamkan ketentraman, mengusir orang-orang lemah terjebak kemiskinan.

- Ini SATIMAN: Sastra anti kemerdekaan, jika kemerdekaan itu untuk alat penindasan.

- Ini SATIBAN: Sastra anti kebebasan, jika kebebasan itu untuk alat penjajahan.

Di sini boleh ada Cerobong = cerita orang sombong, Cerbal = cerita gombal, Cermak = cerita bikin muak, Cerbung = cerita orang limbung, Ceropes = cerita orang protes, Ceruling = cerita urusan maling (termasuk korupsi), dan lain-lain, bebas dengan cara menghormati yang bisa dihormati, dan kalau melanggar kehormatan orang lain harus dipertanggungjawabkan. Dilarang menjadi pengecut, oportunis, jangan lari dari tanggung jawab!

Ada puijo = puisi gombal mukijo, puiyo = puisi gombale mukiyo, pupur = puisi gupak lumpur dan macam-macam.

Silahkan dicaci, silahkan dihujat, silahkan difatwa sesat, silahkan dituduh mencari sensasi, silahkan dibenam-benamkan ke dalam lumpur sampai hancur terkubur, tapi dilarang keras memuji-muji karya-karya sastra baru ini sebab tak ada satupun yang dapat dipuji! Boleh menganggapnya ’memuakkan’.

Wassalamu'alaikum

Surabaya, Jumat, 23 Nopember 2007

Tidak ada komentar: