Sepeninggalmu
berjuta rasaku terpuisikan
akhirnya hanya
tercatat di lembaran rinduku.
Sepeninggalmu
tertumpah-ruah air
mataku
menggenangi luka
menganga di jiwaku.
Kupungut satu
persatu kepingan dukaku
Kerekatkan perlahan
retak-retak asaku
Berjalan sendiri
menyusuri pekatnya sunyi
Mengingat pesanmu,
saat kau masih bersamaku
“Andai aku pergi
mendahuluimu, aku titipkan anak-anak padamu.”
Aku hendak katakan
padamu:
Ketika aku belum
bertemu denganmu,
aku adalah sabit
yang melenyapkan semak belukar penghalangku
Ketika aku hidup
bersamamu,
aku mampu menjadi
gelombang merobohkan kokohnya karang
Tapi ketika kau
meninggalkanku,
aku hanya benang
tua basah, rapuh dan tak berdaya.
Mengenangmu, yang
telah menjadi kaldera cintaku
Memberikan hati dan
jiwamu di segala penjuru waktu
Menjadi sahabat
jiwa di setiap putaran roda perjalanan
Wahai juwita jiwaku
Engkau adalah jalan
hidupku
Berada di tiap hembus
nafas dan aliran darahku
Biar semua
mengatakan kau telah pergi
Tapi kau tetap ada
di sini
Bersamaku,
hingga purna semua
cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar